Kamis, 01 September 2011

SOLIDARITAS UNTUK MUSLIM PALESTINA


Marah!
Mungkin beberapa hari belakangan ini, hari-hari kita dipenuhi kemarahan melihat 'di depan mata kita' Israel membabi buta membantai saudara-saudara kita sesama muslim di Palestina. Mortir Israel tak kenal ampun menghujani Jalur Gaza, tak peduli meluluhlantakkan gedung-gedung fasilitas umum atau rumah ibadah. Bahkan tak menghiraukan yang jatuh korban adalah anak-anak dan wanita. Padahal, anjingpun tak sebiadab ini. Kemarahan kita semakin menggelegak menyaksikan pemimpin-pemimpin negeri islam memilih 'diam adalah emas'. Duhai sekiranya mereka menjadi laki-laki untuk satu hari saja; bersatu menghimpun mujahidin dan mengganyang babi Israel… Insya Allah Al Aqsha akan kembali ke pangkuan kaum muslimin. Namun semua ini masih menjadi 'mimpi indah'. Hingga hari  ini, hati kita masih mendidih menahan luapan amarah.
Marah memang salah satu bentuk solidaritas kepada sesama muslim yang tertindas. Dalam Siroh Ibnu Hisyam, 3/70 disebutkan bahwa sebab terjadinya Perang Bani Qoinuqo' berawal dari kemarahan seorang sahabat ketika melihat seorang muslimah dilecehkan oleh seorang yahudi yang mengikat ujung jilbabnya hingga tersingkap auratnya. Dan Rasulullah r marah ketika sahabat tersebut dikeroyok Yahudi hingga mati. Tidak tanggung-tanggung, Beliau r menyiapkan pasukan perang untuk satu nyawa muslim yang hilang. Inilah salah satu bukti wala' (kecintaan) kepada sesama muslim yang dicontohkan oleh Nabi r.
Namun cukupkah dengan marah? Tentu saja tidak. Sekedar marah lalu diam hanya menambah penderitaan batin. Marah ini harus 'dilampiaskan'. Marah ini harus kita menej dengan benar agar menjadi kekuatan untuk mengatasi masalah dengan tepat. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menunjukkan kepedulian kita untuk muslim Palestina. Bukan sekedar terdorong rasa marah, namun syari'at yang menuntun kita untuk melakukannya.

1. Berdo'a dan qunut nazilah
Do'a adalah silahul mu'min, senjata mukmin yang ampuh. Pada waktu-waktu mustajab, angkatlah telapak tangan memohon kepada Allah segera menurunkan pertolongan dan kemenangan untuk mujahidin Palestina dan menghancurkan Israel dan sekutunya. Sahabat Bilal bin Rabah memiliki kebiasaan, dipertiga malam terakhir dia berdo'a untuk kehancuran thogut dan antek-anteknya. Bentuk do'a yang disunahkan saat kaum muslimin ditindas adalah qunut nazilah. Do'a yang dibaca setelah ruku'  pada raka'at terakhir shalat lima waktu. Rasulullah r pernah qunut nazilah untuk mengutuk Bani Ri'l, Dzakwan, dan Ashiyah yang membantai sahabatnya (HR. Ahmad, 1/301).

2. Menggalang Dana
Tak dipungkiri bahwa dana termasuk pilar penting dalam perjuangan. Untuk itu Allah perintahkan dalam banyak ayat-Nya untuk berjihad dengan harta dan jiwa. Bahkan dalam tujuh ayat, Allah mendahulukan jihad dengan harta sebelum dengan jiwa. Ini menunjukkan betapa strategisnya peran harta sebagai penopang jihad. Menyumbangkan harta untuk jihad adalah investasi yang pasti menguntungkan. 'Investornya' diposisikan sama dengan mujahid yang terjun di medan perang.
"Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui" (QS. Ash Shaf: 10 – 11)
"Perangilah orang musyrik dengan harta, jiwa, dan lisan." (HR. Abu Daud, 2504)
"Barangsiapa yang menyiapkan bekal dan perlengkapan untuk mujahid fi sabilillah, maka dia mendapatkan pahala seperti mujahid…" (HR. Ath Thabrany, 8047).

3. Boikot produk Yahudi
Bentuk perlawanan kepada Yahudi bisa kita lakukan dengan tidak memakai produk Yahudi. Apalagi jika ada produk alternatif lain sebagai penggantinya. Karena kekuatan mereka dibangun dari sumbangan dana perusahaan orang Yahudi. Sungguh ironi jika kita membeli produk Yahudi yang keuntungannya digunakan untuk membantai saudara kita sendiri. Ada yang lebih miris lagi, selepas aksi anti-Israel sang pendemo menghisap rokok Marlboro! Beda halnya jika belum ada produk alternatif dan kita sangat menghajatkannya.
Perang ekonomi untuk melemahkan musuh ini pernah dicontohkan Tsumamah bin Usal yang tidak mau menyalurkan sebiji gandumpun kepada kafir Mekah hingga Nabi mengizinkan (HR. Bukhari, 4372). Abu Bashir juga pernah 'mengganggu' kafilah dagang kafir Mekkah yang ternyata cukup efektif melemahkan kekuatan mereka.
Jangan remehkan seratus rupiah yang kita tahan. Bayangkan jika satu milyar umat Islam dalam satu hari tidak memberikannya kepada Yahudi. Mereka akan kehilangan modal Rp.100.000.000.000,- dalam satu hari!

4. Jihad
Inilah metode Rasulullah r ketika membungkam kejahatan Bani Qoinuqo' dan Bani Nadhir, dua suku dari kalangan Yahudi. Seharusnya hari ini kita menghadapi Israel dengan cara yang sama yang pernah ditempuh oleh panutan kita, Nabi r. Terbukti cara inilah yang membuat Yahudi tak lagi 'bertaring'. Sungguh keadaan Israel hari ini sama dengan Bani Nadhir pada masa Rasulullah r. Namun umat Islam yang menghadapinya hari ini yang berbeda dengan umat Islam pada masa itu. Jika dulu para sahabat yakin kepada Allah bahwa dengan jalan jihad, Yahudi akan bertekuk lutut. Hari ini umat Islam ragu memilih jalan ini. Sangat disayangkan, jika HAMAS mundur dari front bersenjata menghadapi Israel, lalu memilih pindah haluan dengan ikut sebagai kontestan dalam pesta demokrasi. Karena demokrasi tidak memberikan harapan kecuali fatamorgana belaka. Terbukti, HAMAS menang dalam pemilu, namun akhirnya dipecundangi dengan cara yang tragis.
Mengambil jalan aman dengan berdamai juga pilihan yang tidak masuk akal. Logiskah jika perampok menyatroni rumah kita, merampas harta kita, lalu kita ajak berdamai?! Tidak ada pilihan yang cerdas kecuali mengusir perampok Yahudi hingga Al Quds kembali ke pangkuan Islam atau mati syahid karena mempertahankannya.
Kewajiban membebaskan Palestina dari tangan najis Israel bukan hanya kewajiban rakyat Palestina. Persaudaraan yang diikat dengan kalimat tauhid tidak terpisahkan oleh letak geografis. Umat Islam ibarat satu tubuh. Jika satu bagiannya sakit, maka yang lain akan merasakan sakit. Maka penderitaan muslim Palestina adalah penderitaan kita juga di sini. Dus, kewajiban jihad tidak dibebankan di atas pundak mereka saja tapi juga di atas pundak kita. Saat kelemahan dan keterbatasan menghalangi kita untuk terjun bersama-sama mereka menghalau Israel dalam medan jihad, maka bukan berarti kita berpangku tangan. Masih banyak pilihan tugas yang bisa kita lakukan. Tentu saja sesuai dengan kemampuan kita. Are you ready?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar